JAKARTA - Survei terbaru dari Hitachi Vantara menyebutkan bahwa perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI), memaksa pelaku industri di sektor perbankan, jasa keuangan, dan asuransi (BFSI) untuk memprioritaskan antara keamanan, kualitas, dan keberlanjutan.
Survei yang melibatkan 231 pemimpin TI dan bisnis global ini menemukan bahwa meskipun 36 persen responden mengakui pentingnya kualitas data bagi keberhasilan AI, mayoritas pemimpin sektor keuangan tetap lebih memprioritaskan keamanan data.
Hampir setengah (48 persen) responden menyebut keamanan data sebagai perhatian utama dalam penerapan AI, mencerminkan tingginya kebutuhan akan perlindungan dari ancaman internal maupun eksternal.
Semakin canggih dan beragamnya ancaman siber menjadi faktor utama yang mendorong kekhawatiran ini, di mana serangan ransomware (38 persen) menjadi perhatian utama para pemimpin TI di sektor BFSI.
BACA JUGA:
Sementara itu, 36 persen khawatir akan kebocoran data akibat kesalahan AI. Selain itu, 32 persen menyatakan bahwa serangan berbasis AI dapat menyebabkan pelanggaran data yang serius.
Chief Technology Officer (CTO) sektor Jasa Keuangan, Hitachi Vantara, Mark Katz menyebutkan layanan keuangan sangat bergantung pada kepercayaan. Oleh karena itu, kerusakan reputasi merupakan risiko yang sangat besar bagi mereka.
Penelitian ini menegaskan bahwa para pemimpin sektor jasa keuangan meyakini kualitas data sebagai pertimbangan paling penting untuk keberhasilan implementasi AI. Namun, kekhawatiran seperti keamanan data terlalu mendesak untuk diabaikan.